Kisah Manis Tiga Pelatih asal Eropa di Timnas Indonesia, Akankah Dilanjutkan oleh Pengganti Shin Tae Yong?

Senin 06 Jan 2025, 15:11 WIB
Wiel Coerver (tengah) bersama legenda sepak bola Johan Cruijff (kanan) dan Wim van Hanegem (kiri). (Sumber: X @Voetballegends1 | Foto: Nationaal Archief)

Wiel Coerver (tengah) bersama legenda sepak bola Johan Cruijff (kanan) dan Wim van Hanegem (kiri). (Sumber: X @Voetballegends1 | Foto: Nationaal Archief)

Di bawah asuhannya, Indonesia menahan imbang salah satu kekuatan sepak bola dunia, Uni Soviet, 0-0 dalam pertandingan perempat final Olimpiade Melbourne 1956.

Tetapi karena saat itu belum diterapkan aturan adu penalti, digelar pertandingan ulang Indonesia vs Uni Soviet, dan Garuda takluk 0-4.

Timnas Uni Soviet dikapteni oleh kiper legendaris, Lev Yashin. Mereka kemudian memenangkan medali emas Olimpiade 1956.

Sekadar diketahui kala itu, belum diterapkan aturan batas usia di cabor sepak bola Olimpiade.

Baca Juga: Marc Marquez Siap Hadapi MotoGP 2025 Bersama Ducati dengan Mentalitas Baru

Negara-negara peserta pun masih memilih menurunkan skuad terbaik karena emas Olimpiade tak kalah bergengsi dengan trofi Piala Dunia.

Selain memimpin Timnas Indonesia di Olimpiade 1956, Pogacnik juga membawa skuad Garuda meraih medali perunggu Asian Games 1958.

2. Wiel Coerver

Wiel Coerver hanya sebentar menangani Timnas Indonesia, tepatnya pada 1975-1976 dan 1979. Tetapi dia meninggalkan kesan mendalam.

Sebab Wiel Coerver dinilai sebagai 'Bapak Sepak Bola Modern' di Indonesia dengan menerapkan metode permainan yang lebih terorganisir.

Bersama Wiel Coerver, Indonesia nyaris lolos ke Olimpiade Montreal 1976 setelah takluk dari Korea Utara di laga penentuan lewat drama adu penalti.

Kelebihan inilah yang membuat PSSI era Bardosono sebagai ketua umum mendatangkannya untuk mempersiapkan timnas dengan target lolos ke Olimpiade Montreal 1976.

Berita Terkait

News Update