MANIAK BOLA — Mantan juara kelas menengah UFC, Israel Adesanya, kembali menelan pil pahit setelah kalah dari Nassourdine Imavov di UFC Arab Saudi. Kekalahan ini menandai kejatuhan sang legenda dengan tiga kekalahan beruntun dalam kariernya.
Michael Bisping, Hall of Famer UFC, menegaskan bahwa era kejayaan Adesanya telah berakhir. "Saya rasa masa keemasan Adesanya tidak akan terulang lagi," ujar Bisping dalam wawancara dengan MMA Fighting.
Adesanya sebelumnya tumbang di tangan juara bertahan Dricus du Plessis dan penantang nomor satu Sean Strickland. Kini, di usianya yang hampir menginjak 36 tahun, banyak yang meragukan kemampuannya untuk kembali bersinar.
Bisping menyoroti betapa sulitnya bagi Adesanya untuk merebut kembali sabuk emas UFC. "Kita harus realistis. Tubuhnya telah melewati banyak pertarungan keras selama bertahun-tahun," tambahnya.
Baca Juga: Enzo Maresca Senang Marc Guiu Mengalami Perkembangan saat Berseragam Chelsea
Meski begitu, warisan Adesanya tetap tak terbantahkan setelah mendominasi divisi kelas menengah selama tiga tahun. Lima kali mempertahankan gelar membuatnya dianggap sebagai salah satu striker terbaik dalam sejarah UFC.
Adesanya sempat bangkit setelah kehilangan sabuknya dari Alex Pereira pada 2022 dengan meraih kemenangan epik dalam laga ulang. Namun, tren kekalahan saat ini membuat masa depannya di UFC semakin abu-abu.
Bisping mengakui bahwa Adesanya bukan hanya petarung hebat tetapi juga seorang entertainer sejati. "Kickboxer hebat ada banyak, tapi tidak ada yang bisa menampilkan pertunjukan seperti Adesanya," katanya.
Mulai dari aksi walkout yang penuh gaya hingga pidato emosionalnya, Adesanya selalu berhasil menarik perhatian. "Saya tak akan melupakan momen ketika ia breakdance sebelum bertarung—itu luar biasa," kenang Bisping.
Namun, kekalahan beruntun ini mengindikasikan bahwa tubuh Adesanya mungkin sudah tak bisa bersaing di level tertinggi. "Anda bisa lihat sendiri, tubuhnya telah melalui neraka selama 15 tahun kariernya," imbuh Bisping.
Latihan keras di kamp pelatihan juga turut memperburuk kondisi fisiknya. "Bukan hanya di octagon, tetapi juga saat latihan, tubuhnya terus-menerus dihajar," tambahnya.
Di dalam pertarungan, Adesanya dikenal sebagai striker yang dominan dengan tendangan mematikan. Namun, di sesi latihan, ia harus menerima pukulan, kuncian, dan tekanan yang terus-menerus.
Kini, keputusan besar ada di tangan Adesanya: apakah ia akan berjuang kembali atau mempertimbangkan pensiun? "Tantangan terberat bagi seorang petarung bukan hanya di octagon, tetapi juga dalam menentukan kapan harus berhenti," tutup Bisping.
Dengan tren kekalahan yang terus berlanjut, banyak yang bertanya-tanya apakah ini benar-benar akhir dari era Israel Adesanya. Apakah sang legenda masih memiliki satu kesempatan terakhir untuk kembali ke puncak?