MANIAK BOLA — Lagu "Bayar Bayar Bayar" dari band punk Sukatani resmi ditarik dari semua platform digital pada Kamis, 20 Februari 2025. Keputusan ini diduga berkaitan dengan tekanan dari pihak kepolisian yang merasa tersinggung dengan lirik dalam lagu tersebut.
Muhammad Syifa Al Lutfi dan Novi Citra Indriyati, dua personel Sukatani, menyampaikan permintaan maaf kepada Polri melalui media sosial. Mereka mengakui lagu tersebut telah memicu kontroversi dan memilih untuk tidak memperkeruh keadaan.
Namun, penghapusan lagu ini justru memicu reaksi lebih besar di kalangan masyarakat termasuk suporter PSIM Yogyakarta. Mereka menegaskan akan tetap menyanyikan lagu tersebut dalam final Liga 2 melawan Bhayangkara FC pada Rabu, 26 Februari 2025.
Kelompok suporter Brajamusti dan Mataram Horde secara terbuka menyatakan sikap mereka melalui media sosial. Mereka menilai lagu ini sebagai bentuk ekspresi kebebasan dan kritik terhadap kondisi sosial yang ada.
Baca Juga: Hasil PSM vs Persija: Gol Tunggal Nermin Haljeta Bungkam Macan Kemayoran
Mereka mengungkapkan rencana itu melalui akun media sosial X. "Di final melawan Bhayangkara akan tetap bergema lagu 'Bayar Bayar Bayar,'" tulis salah satu unggahan mereka.
Bhayangkara FC, yang merupakan klub milik institusi kepolisian, belum memberikan tanggapan resmi terkait rencana ini. Fokus utama tim saat ini adalah persiapan menghadapi laga final yang sangat krusial.
Panitia penyelenggara Liga 2 juga masih belum mengambil keputusan terkait nyanyian suporter PSIM. Namun, ada kemungkinan larangan diberlakukan jika dianggap dapat mengganggu jalannya pertandingan.
Aksi suporter PSIM mendapat dukungan dari berbagai kelompok suporter lainnya di Indonesia. Mereka melihat sepak bola sebagai ruang ekspresi yang tak hanya soal pertandingan, tetapi juga suara dari tribun.
Baca Juga: Bojan Hodak Soal Absennya Beckham Putra: Masih Menunggu Hasil Banding
Final Akbar yang Layak Dinantikan
Atmosfer final antara PSIM dan Bhayangkara FC diprediksi akan semakin panas jika nyanyian ini benar-benar bergema di stadion. Rivalitas di dalam lapangan bisa semakin memanas dengan tekanan yang datang dari tribun.