MANIAK BOLA — Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong mengakui bahwa laga melawan Vietnam dalam lanjutan Piala AFF 2024 di Phu Tho Provincial Stadium, Minggu, 15 Desember 2024 akan menjadi tantangan berat bagi timnya. Jadwal padat dan pemain muda yang kurang berpengalaman menjadi faktor yang membuat pertandingan ini semakin sulit.
STY menjelaskan bahwa timnya baru saja melewati perjalanan panjang usai bermain di Myanmar dan Solo. Kondisi fisik yang melelahkan serta minimnya pengalaman internasional para pemain menjadi kerugian besar bagi Timnas saat menghadapi Vietnam.
"Jadi, berbicara mengenai pengalaman di skala internasional serta lain-lain, kami memiliki kerugian melawan Vietnam. Sehingga, ini akan menjadi laga yang berat," kata Shin Tae Yong.
Vietnam datang dengan kekuatan penuh, didominasi pemain-pemain senior yang sudah matang secara pengalaman. Sebaliknya, skuad Indonesia sebagian besar diisi pemain U-20 sebagai persiapan untuk kualifikasi Piala Asia U-23 2026.
Meskipun menghadapi kesenjangan kualitas dan pengalaman, STY berharap para pemain muda Indonesia dapat belajar banyak dari pertandingan ini. Ia menekankan pentingnya laga ini sebagai bagian dari proses pengembangan tim untuk masa depan.
"Saya hanya berharap para pemain muda kami bisa mendapatkan pengalaman yang berharga di laga besok," ujarnya.
STY juga menyoroti hubungan baiknya dengan pelatih Vietnam, Kim Sang-sik, dan pelatih kiper Lee Woon-jae, yang sama-sama pernah bekerja dengannya di Korea Selatan. Menurutnya, hubungan personal tersebut tidak akan memengaruhi intensitas kompetisi di lapangan.
"Jadi, dia sangat dekat dengan saya. Begitu pula dengan pelatih kiper mereka, Lee Woon-jae, yang bekerja bersama saya ketika masih memegan Timnas Korea Selatan pada 2016. Kedua pelatih Vietnam tersebut sangat dekat dengan saya," kata STY.
Baca Juga: Info Siaran Live Streaming Borneo FC VS Madura United di Pekan 14 Liga 1 2024-25
Mengenai persiapan tim, STY menyayangkan bahwa skuad yang dibawa ke Piala AFF bukanlah skuad terbaik Timnas Indonesia. Hal ini terjadi karena turnamen tersebut tidak masuk dalam kalender FIFA, sehingga banyak pemain inti tidak bisa bergabung.